Orang yang Dihinakan oleh Allah SWT - Ketika kamu membangga-banggakan punya kedudukan tinggi, yang memberi itu siapa? Allah yang memberikan. Nanti pada saatnya akan dicabut, kekuasaan yang diberikan kepadamu tadinya akan dicabut oleh Allah. Dan akan diberikan ke orang lain yang dikehendaki oleh Allah.
Di muliakan oleh Allah, dihinakan oleh Allah, ditangan Allah lah segala kebaikkan.
Belum tentu orang yang diberi jabatan tinggi itu dimuliakan oleh Allah. Sebaliknya orang yang tidak diberi jabatan tinggi atau dicabut dari jabatannya belum tentu orang yang dihinakan Allah. Bisa jadi orang yang diberi jabatan tinggi itu untuk dihinakan. Setelah diberi jabatan menjadi kufur, tidak bersyukur dan menggunakan kekuasaan/ jabatan tersebut untuk kebaikan. Malah memanfaatkan jabatan/ kekuasaan tersebut untuk korupsi, manipulasi, menyalahgunakan kekuasaan, seolah derajat orang tersebut menjadi tinggi. Padahal tidak. Jika kamu diberi jabatan tinggi malah menjadi kufur, kamu orang yang dihinakan. Sebab orang yang dimuliakan oleh Allah itu bukan jabatan di dunia ini.
Siapa yang dimuliakan oleh Allah? Orang yang memiliki ketakwaan.
"...inna akromakum indallohi atqokum.." (QS 49:13)
...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yg paling takwa diantara kamu..
Jika kita diberi kekuasaan, kita makin bertakwa kepada Allah. Sadar bahwa kekuasaan itu amanat, yang nanti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Lebih hati-hati dalam berbuat, tidak mau mengambil yang bukan haknya, selalu menghindari yang haram, lalu melakukan yang halal, makanpun makan makanan yang Halalan Toyyiban. Karena Allah memerintahkan pada ayat 168 surat Al-Baqarah :
يٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِى ٱلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ ٱلشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah:168)
Setelah diberi kekuasaan malah makan yang tidak halal, mengambil yang bukan haknya. Itu orang yang dihinakan oleh Allah. Mungkin dianggap oleh manusia orang yang terhormat, orang mulia. Tapi di sisi oleh Allah adalah orang yang hina. Berapa lama jabatan/ kekuasaan akan kamu peroleh/kamu akan pangku? Jika Allah menghendaki, maka Allah akan mencabut kekuasaan dari siapa yang dikehendaki. Nanti akan dicabut kekuaasaan/ jabatan tersebut. Tidaklah orang berkuasa akan terus berkuasa. Pasti pada waktunya akan dicabut.
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS: Ali Imran Ayat: 26)
Jadi apa alasanmu berbuat kufur kepada Allah? Manusia tidak bisa alasan kok bisa kufur padahal dulunya dari benda mati, sekarang diciptakan oleh Allah seperti manusia. Asalnya yang menjadi semua ini, asalnya sama. Semua manusia di dunia ini asalnya sama yakni dari setetes air mani. Maka karena asal semuanya sama.
Nabi kita, Muhammad SAW menjelaskan:
“kullu mauludin yuladu ‘alal fithrati"
Artinya setiap anak yang dilahirkan, dilahirkan atas fitrah (tabiat yang suci).
Bayi yang lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah itu kesiapan beragama islam. Semua bayi lahir itu beragama islam. Setiap bayi lahir itu diberi Allah modal Islam. Walaupun itu anak preman (penjahat), anak santri, anak nabi itu semua adalah sama. Jangan dikira kalau anak Nabi mesti Islam. Allah tunjukkan, bagaimana anaknya Nabi Nuh AS. Dia kafir dan kufur kepada Allah. Belum tentu kalau bapaknya Nabi itu mesti Islam. Lihat bapaknya Nabi Ibrahim, lihat pamannya Nabi Muhammad. Maka semua bayi yang lahir itu sama. Diberi modal oleh Allah sama, mempunyai modal untuk beragama Islam.
Tapi kenapa waktu sudah dewasa menjadi kufur dan kafir? Maka nabi katakan, semua bayi yang lahir diberi fitrah oleh Allah, beragama tauhid. Kalau nanti setelah dewasa berbelok dari tauhid atau tidak beragama islam maka tanggung jawab kedua orang tuanya.
fa awa bahu bihi yu majusi hi
Kedua orang tuanya yang bertanggung jawab kalau anak itu menjadi yahudi, nasrani, atau majusi. Maka peran orang tua itu sangat penting dalam menentukan anak berikutnya nanti. Kondisinya akan tetap beragama islam atau tidak. Maka Allah perintahkan:
”qu anfusakum wa ahlikum naro” (QS. At Tahrim : 6)
Artinya jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.
Jagalah dirimu, jagalah anak-anakmu, supaya dalam Islam. Jangan sampai tersentuh oleh api neraka. Sebagai Bapak Ibu jangan menganggap tugasnya hanya melahirkan saja, kalau sudah lahir terserah begitu saja. Dan berpikir 'yang penting anak tidak kelaparan'. Hanya diberi makan, diberi pakaian, dan hanya itu saja. Diberi pakaian supaya tidak kedinginan, diberi makan supaya tidak kelaparan, mengapa tidak dijaga biar fitrahnya tetap dalam keadaan Islam. Kenapa tidak kamu jaga? Maka ketika besar menjadi yahudi, jadi nasrani, jadi majusi. Maka dari itu, jangan sampai menjadi manusia kafir dan kufur. Sejak lahir itu sudah diberikan modal Islam. Kok jadi kafir, kenapa jadi kafir?
Allah pun bertanya:
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ
Fa’aina tadzhabun?
Artinya "Kalian ini mau kemana ?" (At-Takwir:26)
Kamu hidup didunia ini, mau pergi kemana kamu nanti? Kalau kamu manusia pada kafir, maunya nanti mau pergi kemana? innalillahi wa inna ilaihi rooji'un. Semua nanti akan kembali kepada Allah. Kalau kembali kepada Allah dalam keadaan kafir dan kufur, bagaimana untuk menghadapi pertanggung jawaban di hadapan Allah nanti? Padahal kalau kembali kepada Allah nanti, anak yang kita bawa, kekayaan yang kita miliki, jabatan yang kita duduki, keluarga yang kita cintai, tidak dibawa semua. Kita tinggalkan semuanya. Untuk menghadap Allah itu hanya diri sendiri. Bertanggung jawab akan perbuatannya sendiri. Apa yang akan dipertanggung jawabkan nanti?
Allah bertanya kembali:
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya: Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al-Baqarah:28)
Mengapa kamu kafir kepada Allah. Sedangkan kamu dulunya mati, dan sekarang dihidupkan. Dihidupkan kok malah menjadi kafir, padahal nantinya kamu akan dimatikan lagi, setelah dimatikan akan dihidupkan lagi dan dikumpulkan dihadapan Allah untuk bertanggung jawab. Apa yang kita lakukan di dunia ini.
Sumber: Cuplikan Pengajian Ahad Pagi
terima kasih
ReplyDeletesama-sama :salaman
Delete