Tweet
Attarsandhismind |
Gadis Misterius - Sore ini di hari Minggu Maret 2015, aku melihat gadis misterius di tepi pantai. Wajah gadis itu dibenamkan di antara kedua lututnya. Rambutnya yang terurai ke depan menyentuh permukaan pasir pantai yang sesekali beterbangan dipermainkan angin. Semilir angin meraba sekujur tubuhnya. Di hadapannya terbentang laut biru. Dengan langkah ragu-ragu aku mencoba untuk mendekatinya.
“Hm. Bolehkah aku main bersamamu?” tawarku padanya. Gadis itu mengangkat wajah dan lututnya. Matanya sembab dan hidungnya agak mancung, wajahnya terlihat putih dan sangat cantik.
“Wah bidadari dari mana ini” gumamku dalam hati.
“ Main apa?” jawabnya.
“Main perahu kertas atau apa pun, terserah kamu saja ?”
“Perahu kertasku sudah banyak sekali yang aku layarkan, tapi masih belum ada yang kembali, aku jadi bosan main lagi” rengeknya dengan serius.
“Memang dilayarkan kemana perahu kertasmu ?” tanyaku kayak wartawan.
“Hai anak laki-laki, lihat itu apa yang datang,” tiba-tiba ia memotong pembicaraan, ia bersorak karena menyaksikan perahu kertasnya sedang berlayar melawan hantaman ombak yang begitu bergejolak kembali kepadanya. Aku pun ikut tersenyum penuh pertanyaan.
Gadis itu dengan segera berlari ke tegah laut untuk menjemput perahu kertasnya. Tak lama kemudian dia kembali dan menyerahkan perahu kertas yang agak besar kepadaku dengan baju yang basah kuyup.Tiba-tiba angin datang seperti ada badai, pasir berterbangan, pohon kelapa bergoyang dengan sangat kencang. Aku memejamkan mata. Dan tidak sampai 10 detik suasana pantai kembali seperti biasa. Ketika aku buka mata gadis itu telah hilang entah kemana perginya. Sepertinya dia telah pergi bersama aliran angin. Entahlah. Aku terkejut setelah melihat kapal yang aku pegang tadi ternyata adalah sebuah surat singkat. Dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan aku mulai membacanya dengan serius.
”Aku hidup di tahun 2060. Aku berumur 50 tahun, aku bekerja sebagai petani padi. Mungkin setelah aku mati tidak akan ada petani lagi di negeri yang subur ini. Anak-anaku tidak sudi menjadi petani. Bagaimana menjadi petani jika mereka melihat penderitaan orang tua mereka menjadi petani yang tidak berdaya secara ekonomi. Para pejabat yang sebenarnya bisa menempati kedudukannya karena dipilih oleh rakyat justru melupakan dan kini hanya menghitung laba dari tiap proyek dan kebijakan melakukan impor. Beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, susu, buah-buahan, bahkan garam pun impor. Persoalan ini adalah serius, lakukanlah pencegahan untuk anak dan keturunanmu kelak”.
Tanpa tersadar aku telah membaca habis surat singkat dari masa depan. Air mataku menetes di pasir putih. Aku tiba-tiba terbangun dengan tubuh basah oleh keringat dan jantung yang berdebar kencang “ ternyata ini hanya mimpi”.
Author: Rujito S.Gz
Categories:
INSPIRASI
Komentar akan OTOMATIS DIHAPUS jika memberikan komentar mengandung iklan, link aktif, dan perkataan yang tidak sopan. Terima Kasih ^_^