Tweet
CARA MENDIDIK ANAK DAN RESEP PERNIKAHAN ALA RATIH IBRAHIM - Dikenal sebagai psikolog anak, tidak sedikit orang, terutama para ibu, penasaran bagaimana seorang Ratih Ibrahim mendidik anak-anaknya. Apakah segala ilmunya memudahkannya dalam mendidik dua buah hatinya?
Saat pertanyaan ini diajukan pada Ratih, wanita berambut pendek itu malah tertawa renyah. Dia tertawa karena apa yang dibayangkan semua orang bahwa seorang psikolog anak pasti tidak menemui kesulitan dalam mengasuh anak sendiri, salah besar.
Saat pertanyaan ini diajukan pada Ratih, wanita berambut pendek itu malah tertawa renyah. Dia tertawa karena apa yang dibayangkan semua orang bahwa seorang psikolog anak pasti tidak menemui kesulitan dalam mengasuh anak sendiri, salah besar.
Ratih menceritakan bagaimana dia dulu sangat percaya diri memberikan nasihat psikologi ketika belum memiliki anak. Namun ketika memiliki anak sendiri, dia merasa kepercayaan diri yang dimilikinya tidak lagi sebesar dulu.
"Begitu saya punya anak, semua teori yang saya pelajari, semua keyakinan yang saya pegang itu berantakan habis-habisan," katanya saat berbincang dengan wolipop di kantornya PT Personal Growth, Jl. Taman Aries, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Menurut Ratih, dalam mendidik anak, setiap orangtua harus menemukan formulanya sendiri. Dikatakan psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, belum tentu formula yang dimilikinya dalam mendidik dua anaknya bisa diterapkan pada anak kliennya juga.
Formula pas itu ditemukan Ratih setelah dia terus belajar mengenali dua buah hatinya, Reynard Ibrahim dan Raphael Ibrahim, yang masing-masing memiliki karakter berbeda. Menurutnya mengenali karakter anak sampai sedetail-detailnya ini sangat penting. Bagaimana caranya?
"Observing. Kalau ternyata salah, minta maaf. Dibenerin sampai akhirnya kita menemukannya (formula yang tepat-red). Semua cara saya coba," ujar Direktur PT Personal Growth itu.
Dalam mendidik anak-anaknya, Ratih mengaku membebaskan dua buah hatinya untuk bicara apapun dengannya. Dia berusaha menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Dalam pandangannya, yang penting adalah bagaimana Anda sebagai orangtua mau mendengarkan ucapan anak, bukan mendengarkan apa yang mau Anda dengar.
Proses mendidik anak-anaknya yang kini sudah tumbuh menjadi anak remaja, tidak dilalui Ratih dengan mulus. Dia mengaku kerap bertengkar dengan dua anaknya. Apalagi ketika si anak sudah semakin besar dan pandai.
"Anak saya pernah saya suruh lipat selimut, dia bilang saya melalukan perbudakan anak, saya mau dilaporkan ke Komnas Anak karena memperkerjakan anak di bawah umur. Ya saya diam aja. Saya malah bilang nanti habis dia lipat selimut dan rapihin kamar, saya bantu aduin, saya kasih nomer teleponnya," cerita Ratih panjang lebar.
Pernikahan dengan Robert Ibrahim
Selain dikenal sebagai psikolog anak, Ratih juga kerap memberikan konsultasi mengenai masalah percintaan dan pernikahan. Dia kerap diundang dalam talkshow yang membahas masalah hubungan antara pria dan wanita. Dengan ilmu yang dimilikinya mengenai hubungan di antara lawan jenis ini, bagaimana dia menerapkannya dalam pernikahannya?
Ratih menikah dengan suaminya Robert Ibrahim sejak 1989. Sebelum menikah, Ratih dan Robert pacaran selama sembilan tahun. Apakah lamanya waktu bersama itu membuat keduanya jadi jarang bertengkar? Ditegaskan Ratih tentu tidak.
"Kita juga mengalami hal-hal yang dialami pasangan pada umumnya. Hanya saja, mau jatuh-bangun nangis darah apa segala macam, kami tetap pada komitmen kami untuk tetap bersama," ujarnya.
Komitmen untuk terus bersama ini terus dipegang Ratih dan Robert apapun yang terjadi dalam pernikahan mereka. Hingga setelah menikah selama 24 tahun, mereka bisa saling percaya.
"Sampai saya bilang gini, lakukan saja apa yang mau dia lakukan asal sehat. Itu kan soal trust. Yang penting saya tahu dia baik-baik saja. Jadi nggak yang ribet dia ada di mana, saya di mana," tuturnya.
Bagi Ratih, Robert adalah cinta pertamanya. Mereka pacaran sejak remaja. Sejak masa pacaran Ratih merasa sudah menemukan chemistry dengan suaminya itu. Dia dan sang suami sama-sama bisa merasakan jika ada hal mengganjal di antara mereka. Dalam bahasa psikolog berambut pendek ini, energinya dengan Robert sudah sangat nyambung.
"Makanya saya suka bilang (ke klien), kalau sudah nggak cocok ya sudah. Berarti that person was not meant to be with you or for you. Tapi pada saat dipaksain ya terima gitu. Ya itu udah berkatnya Tuhan. Saya itu percaya sekali kalau jodoh-jodoh itu dikasih buat kita. Ya dijaga, dimanage, dimaintain bareng-bareng," urainya panjang lebar memberi saran.
Sumber: detik [dot] com
1 komentar:
:jempol
Komentar akan OTOMATIS DIHAPUS jika memberikan komentar mengandung iklan, link aktif, dan perkataan yang tidak sopan. Terima Kasih ^_^