KUMPULAN PENGALAMAN TINDAK KEJAHATAN DI JALANAN - Di sini disajikan beberapa pengalaman masyarakat yang menjadi korban terkait kejahatan jalanan. Dari cerita pengalaman korban tersebut semoga ada manfaat yang dapat diambil dan dapat dipraktekkan jika mengalami kejahatan yang sama.

KISAH 1

Woi Copet! Teriaki Saja Preman Pencopet di Angkutan Umum Biar Malu

Jangan takut jangan ragu. Teriaki saja para pencopet di angkutan umum agar mereka kapok dan malu. Para penumpang juga harus kompak. Setelah melihat polisi di area terdekat turun dari kendaraan dan laporkan.

Kisah soal meneriaki copet ini disampaikan sejumlah pembaca detikcom. Mereka nekat meneriaki kelompok para pencopet ini karena melihat harta benda mereka hendak diambil.

Seperti dituturkan Erwyn Kurniawan dalam surat elektroniknya yang diterima detikcom, Jumat (12/4/2013). Saat itu 31 Desember 2012, Erwyn tengah dalam perjalanan menuju Maghfirah Pustaka, perusahaan penerbitan yang berada di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Dia naik bus patas 9A jurusan Senen-Bekasi Timur dari Bulak Kapal.

Tak seperti biasanya, bus agak padat. Saat itu sebenarnya, Erwyn sudah hendak mau turun di Gang Kelor, Matraman. Ternyata, salah satu sebab kepadatan karena ada sekitar 4-5 orang laki-laki yang naik di seberang Stasiun KA Jatinegara.

Mereka memenuhi pintu keluar. Dia pun menaruh curiga dengan gerak-gerik mereka sehingga, meningkatkan kewaspadaan ketika hendak turun.

"Saya tetap percaya diri meletakkan HP di saku depan walau sudah curiga dengan gerombolan lelaki tersebut," tutur Erwyn.

Seorang anggota komplotan pencopet itu sempat bertanya kepada dia soal jurusan bus tersebut. Pertanyaan yang diajukan malah membuat curiga. Erwyn segera bergerak ke pintu keluar. Tapi saat hendak turun ke tangga pertama bus, ada lelaki yang menghalang-halangi dia dengan tangannya.

"Aksinya sangat kasar. Tapi akhirnya saya berhasil menuju pintuk keluar bus. Ketika hendak turun dari bus, saya segera memeriksa HP di kantong karena curiga dengan kelakuan yang saya terima. Dan saya kaget karena HP saya raib," urai Erwyn.

Secara refleks, dia segera menaiki kembali satu tangga bus yang ada di pintu keluar dan langsung membentak laki-laki yang menghalangi saya.

"Kembalikan HP saya, kembalikan HP saya. Lo copet, saya tahu lo copet" teriak Erwyn kepada komplotan itu.

Tak berapa lama, HP dia dilemparkan ke bawah, entah oleh siapa. Seorang anggota komplotan itu kemudian menghardik dia untuk mengambil HP itu dan menyuruh turun. Teriakan copet itu membuat HP dia yang sempat dicuri kini kembali lagi.

"Saya segera mengambil HP dan berteriak kepada para penumpang. 'Hati-hati, ini ada copet'," imbuhnya. Kemudian dia turun dari bus itu.

Kisah serupa dialami Amat Yunus yang bekerja di sebuah perusahaan di kawasan Kebon Sirih. Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu itu saat dia naik Metromini 640 jurusan Tanah Abang-Pasar Minggu.

Kondisi kursi penumpang sudah penuh, sehingga terpaksa dia berdiri bersama beberapa penumpang lainnya. Di halte Bank Mandiri kemudian naik sekelompok penumpang, ada 6 orang, 3 lewat pintu depan dan 3 lewat pintu belakang.

Dua orang kemudian berdiri di pintu depan dan 2 orang berdiri di pintu belakang. Seorang penumpang berdiri menutup gang di kursi baris belakang, satu orang yang masuk lewat pintu depan masuk dan memepet saya.

"Instink saya mengatakan, 'ini Copet', maka saya pun bergumam dengan menyebut nama Tuhan dengan harapan pencopet ingat dan membatalkan niatnya. Namun dugaan saya keliru, karena di terus memepet saya dan saya terus bergeser hingga sejajar baris kursi paling belakang. Pada saat itulah, kelompok yang semula berdiri di pintu merangsek masuk seperti mengambil posisi masing-masing," tutur Amat.

Ketika posisi sudah terjepit, salah satu gerombolan yang berdiri di pintu depan merangsek menuju pintu belakang. Seolah-olah seperti penumpang yang mau turun lewat pintu belakang dengan tangan bergantung pada pegangan di atas kepala.

"Ketika melewati posisi saya, sikut tangannya dipukulkan ke kepala saya untuk mengalihkan perhatian, sementara penumpang yang berjaga di belakang menutup akses saya untuk bergerak. Instink saya, tangan kanan langsung mengamankan dompet yang ada disaku celana dan tangan kiri dengan memegang tas mengamankan HP yang saya kantongi di saku celana kiri," urainya.

Instink Amat tak salah, tangan pencopet yang sejak awal memepet dia sudah masuk ke kantong celana belakang-kanan. Sementara copet yang berdiri di baris bangku belakang masuk ke saku celana kiri saya.

"Untuk beberapa saat saya tarik menarik, akan tetapi kelompok yang lain terus mendekat dan memukul kepala saya. Spontan saya berteriak 'Allahu Akbar !!!, Rampok....!!!. Sopir berhenti. Saya dirampok'. Mendengar teriakan tersebut mereka kaget dan langsung menjauh dari diri saya, dan Metromini berhenti pas di pertigaan Setiabudi dan kebetulan pas ada Polantas yang sedang bertugas. Gerombolan tersebut yang semula menghalangi kemudian menyingkir dan dengan mudah saya turun. Pada saat saya turun ada salah satu gerombolan yang berusaha mendorong agar saya terjatuh, akan tetapi alhamdulillah hal tersebut tidak terjadi," jelas Amat.

Amat mengimbau kepada penumpang lain yang mengalami kejadian serupa. Sebenarnya gerombolan pencopet tersebut takut atau ciut nyali. Apabila ada penumpang yang berteriak secara spontan. Mereka akan kehilangan keberanian. Akan tetapi kalau dengan perkataan atau dialog atau debat, dia makin berani dan makin beraksi.

"Seperti halnya menghadapi Anjing yang sedang menggongong kepada kita, jika kita terlihat takut maka Anjing tersebut semakin keras menyalak, akan tetapi jika secara spontan kita melakukan gerakan yang mengagetkan, maka anjing tersebut juga akan panik dan lari meninggalkan kita," pesan Amat.


KISAH 2

Lolos dari Jeratan Preman dengan Rambut Gondrong dan Ngaku 'Anggota'

Berbagai cara dilakukan masyarakat agar lolos dari aksi kejahatan jalanan. Sebagian ada yang menggunakan teknik unik. Bukan dengan dengan kekerasan, tapi lewat pendekatan penampilan atau mengaku-ngaku sebagai aparat.

Seorang warga bernama Iyan Maulana pada tahun 1999 pernah lolos dari todongan preman hanya gara-gara berambut gondrong. Saat itu, dia naik bus dari terminal Pulogadung jurusan Cawang.

"Ada 6 orang teman saya sama-sama pergi dan naik bus," terangnya saat berbincang dengan detikcom, Jumat (12/4/2013).

Di dalam bus, banyak sekali pengamen dan pengemis. Lalu, ada juga empat orang gondrong yang bertato memalak sejumlah penumpang.

"Ada salah satu preman langsung duduk sebelah saya dan memepet saya. Spontan saya kaget, nggak tahunya dia minta izin sama saya dan teman-teman sambil berkata 'Bang gondrong, saya butuh uang buat mabok saya mau malak ya' sambil menyodorkan rokok ke saya," cerita Iyan.

Iyan tak mengizinkan mereka. Para penodong itu langsung disuruh turun bus dan mencari bus lainnya.

"Itulah pengalaman saya. Ternyata penampilan anak musik yang gondrong dan sedikit urakan bisa buat preman takluk," katanya.

Oryza punya kisah lain lagi. Dia pernah dua kali hendak jadi 'korban' preman di kawasan Senayan, Jakarta. Namun dua kali pula dia lolos dengan cara berpura-pura sebagai aparat.

"Saya hanya berhenti untuk mengantar dan kembali ke mobil untuk pulang. Tapi saya diminta uang parkir," ujarnya.

Pegawai Kemenkum HAM ini pun sadar orang yang meminta parkir adalah preman. Tak habis akal, dia pun mengaku sebagai 'anggota'.

"Saya anggota, siapa yang suruh kamu tarik parkir di sini? Mau saya angkut kalian?' Ternyata mendengar kata anggota, preman itu keder juga. Dia langsung bilang, 'Sorry bos, nggak bilang sih dari tadi'. Kata anggota diartikan saya mungkin anggota polisi atau angkatan, padahal saya hanya anggota masyarakat biasa," ceritanya.

Kejadian kedua juga terjadi di Senayan. Ada preman yang meminta parkir hingga Rp 15 ribu. Namun dengan modal nekat, Oryza berhasil mengelabui para preman itu kembali.

Caranya, Oryza berpura-pura mengaku sebagai aparat. Dia lalu meminta rokok pada preman itu dan berjanji akan kembali ke lokasi tak lama lagi. Tak lupa, dia menitipkan mobilnya pada sang preman.

"Cepat kau beli ya, saya mau kontrol dulu, 5 menit lagi saya datang. Aku titip mobil, lecet dikit kukandangi kau. Berlagak mau kontrol lapangan, saya tukarkan tiket, dan balik ke mobil, sebungkus rokok sudah diserahkan," ungkapnya.


KISAH 3

Jangan Takut dengan Preman di Angkutan Umum, Ini Contoh Ceritanya
Jangan takut dengan para preman pencopet yang beraksi di angkutan umum di Jakarta. Bila penumpang kompak, para pencopet itu pasti takut. Sejumlah kisah penumpang yang berani melawan, membuat pencopet menyingkir.

Seperti diceritakan Cahyono yang bekerja di perusahaan Rahajasa Internet di kawasan Kuningan dalam surat elektroniknya yang diterima detikcom, Jumat (12/4/2013).

Cahyono mengisahkan kejadian pada 2010 lalu saat menaiki Kopaja P20 non AC. Dia diminta tolong seorang perempuan mencegah aksi pencopetan di Kopaja. Saat itu seorang copet di tengah penumpang yang berdesak-desakan beraksi.

Tangan sang pencopet sudah hendak mengambil barang milik seorang penumpang. Atas permintaan karyawati yang pernah dicopet untuk mencegah aksi kriminal itu, dia menyentil tangan sang pencopet. Aksi pencopetan pun urung dilakukan.

"Saat itu pencopet kemudian melotot ke saya, saya bentak. Dan keberanian saya membuat penumpang lain juga berani, saat dia mau mencoba mencopet lagi, penumpang yang lain juga mencegah," terang Cahyono.

Cerita serupa dialami Arief, warga Bogor pada 2003 lalu. Dengan modal nekat dia menolong seorang mahasiswi yang hendak dicopet di Bus 57 jurusan UKI-Rawamangun.

Dia melihat ada mahasiswa yang dikerumuni kawananan preman pencopet. Mereka sudah bergerak hendak mengambil dompet milik mahasiswi itu.

"Tangan si bapak masuk ke dalam tas mahasiswi tersebut, ternyata bagian bawahnya dibolongi agar jarinya bisa leluasa dan tertutupi saat merogoh tas si korban. Refleks saya cubit tangan si bapak tersebut dan dia kaget, akhirnya kawanan copet tersebut tidak jadi mencopet si mahasiswi," tutur Arief.

Akhirnya kawanan copet tersebut tidak jadi mencopet si mahasiswi. Tapi kini giliran Arief yang menjadi sasaran. "Mereka sebaliknya mulai mengerumuni saya dengan maksud mau mengeroyok karena sudah dekat ke tujuan, saya mulai mendekati pintu untuk turun. Kawanan tersebut menghalang-halangi saya untuk turun, malah ada yang berbisik agar saya ditusuk saja. Alhamdulillah saya bisa turun dari bus tersebut dengan selamat, hanya mendapat satu tendangan di punggung saja," urai Arif.


KISAH 4

Vivi & Rini Dirampok di Tol: Mungkin Ini Jakarta, Orang Hanya Melihat Saja
Vivi Sari (35) dan Listiyarini (40) menjadi korban perampokan kala kendaraan yang mereka tumpangi terjebak macet di tol. Vivi dirampok saat terjebak macet di Tol Priok arah Cawang dan Rini di Tol Cawang arah Bogor.

Dari kedua kisah ini, satu hal yang menjadi tanya, mengapa pengendara yang lain hanya melihat saja. Padahal ada kejahatan menimpa perempuan di depan mata mereka.

"Pengendara yang lain cuma melihat, mungkin ini Jakarta ya. Padahal (bisa) bantu, minimal mengklakson saja. Membuat ramai, agar pelaku pergi," cerita Vivi saat berbincang dengan detikcom, Jumat (12/4/2013).

Vivi mengalami kejadian nahas pada Kamis (11/4). Sopir taksi yang mengantarnya pun tak bisa berbuat banyak. Demikian juga Rini, yang mengalami nahas pada Rabu (10/4), sang sopir taksi hanya berteriak-teriak saja. Maklum, jumlah pelaku sekitar 5 orang.

Perampokan itu terjadi di tengah kemacetan karena sopir dan penumpang lupa mengunci pintu. "Orang hanya bisa melihat, nggak ada yang turun. Ya berharap nanti ada petugas polisi, jadi peristiwa ini tak terjadi sama orang lain," tutur Rini yang tinggal di Depok ini.

Rini kehilangan uang Rp 400 ribu, sedang Vivi kehilangan uang dan kalung senilai Rp 3 juta.


KISAH 5

Kisah Yuda Bentak Preman Bertato Tukang Palak di Kopaja
Yuda Sri Bagus (29) tak tahu bahwa di Kopaja 502 jurusan Kp Melayu-Tanah Abang kerap ada preman bertato yang suka memeras harta penumpang. Sang preman yang berusia sekitar 25 tahun itu memang kerap eksis di rute angkutan bertarif Rp 2.000 itu.

Tak sadar dengan kondisi itu, Yuda asyik saja mengeluarkan HP untuk mengecek twitter. Saat di sekitar kawasan Jl Cut Meutia, seorang pemuda berambut gondrong dengan tato di tangan menghampiri kursinya dan duduk di sebelahnya.

"Pada awalnya pria tersebut meminta tolong untuk meminjam HP sambil basa-basi. Kalau permintaan tidak dituruti maka dia mengancam akan menusuk saya dengan bertanya 'Pernah ditusuk tidak? Mau tahu rasanya ditusuk tidak?'" cerita Yuda kepada detikcom, Jumat (12/4/2013).

Yuda mengalami kejadian itu pada Kamis (11/4) pukul 18.15 WIB. Kondisi Kopaja saat itu sepi, hanya ada beberapa penumpang.

"Yang saya lakukan adalah membentak pria tersebut. Saya berani karena pria tersebut naik seorang diri dan tidak dalam keadaan mabuk," terang pria yang bekerja sebagai account representative di sebuah perusahaan swasta di kawasan Salemba ini.

Rupanya preman itu ciut juga dibentak Yuda yang tubuhnya lebih kecil. Sang preman akhirnya meminta uang sekadarnya. Yuda pun memberi uang Rp 10 ribu dan meminta pemuda itu tak memalak penumpang yang lain.

"Dari penumpang yang lain saya dengar dia memang sering naik di rute itu. Ada ibu-ibu yang diancam dan menyerahkan cincin kawinnya. Ya semoga saja petugas kepolisian bisa mencegah peristiwa seperti ini terjadi," harap Yuda.



KISAH 6

Preman Pengamen yang Bikin Resah Penumpang Angkutan Umum, Lawan!
Bukan rahasia umum kalau banyak preman bergaya pengamen di angkutan umum di Jakarta. Atau bukan mengamen saja, tetapi ada juga yang pura-pura baca puisi. Nah, jenis preman seperti ini yang juga harus dilawan.

Kisah melawan preman jenis itu diceritakan Lukman Alhakim dalam surat elektroniknya kepada detikcom, Jumat (12/4/2013). Lukman pengguna bus umum jurusan Kalideres-Cikarang.

Seperti biasa, bus yang ditumpanginya berhenti di Halte Cengkareng, Jakarta Barat. Saat itu ada 3 orang pengamen bertato yang naik. Setelah menyanyi genjrang genjreng mereka lalu meminta uang.

"Lalu saya kasihlah uang seribuan, tapi ketika mereka lihat saya, mereka menunjuk-nunjuk sambil bilang itu juga," cerita Lukman.

Para preman itu meminta uang dia yang lebih besar nilainya. Saat itu kondisi bus memang sepi sekali, hanya ada beberapa penumpang. Awalnya, Lukman kasihan melihat mereka, tapi karena mereka memaksa, akhirnya Lukman emosi.

"Lalu saya teriak 'lo pikir gw takut lo bertiga, ayo turun sekarang kalo berani'" imbuh Lukman. Teriakan Lukman itu membuat para preman ketakutan. Hingga akhirnya ketiga pengamen itu pergi.

Kisah lainnya dituturkan Invita Ameilia, seorang karyawati di perusahaan di kawasan Kuningan. Pengamen preman beraksi di Kopaja 66 jurusan Blok M-Manggarai. Para pengamen itu naik dari halte bus depan Gedung Sentra Mulia atau diseberang Pasar Festival Jl HR Rasuna Said, Kuningan.

"3 Orang ABG, usia sekitar 18-20 tahun bergaya pakaian hitam-hitam, terlihat seperti anak jalanan, sabuk pinggang tengkorak, mereka tidak mengamen tapi hanya berujar kepada penumpang bahwa 'mereka belum makan, memberi uang Rp 1.000 kepada mereka tidak membuat penumpang miskin, intinya meminta uang," tutur Vita.

Saat itu, Vita hanya mengangkat tangan dan minta maaf. Tapi para pengamen itu tetap berdiri dihadapan dia sampil menengadah tangan dan meminta uang dengan raut wajah memaksa.

"Saya merasa nggak nyaman dengan kehadiran mereka di atas bus tersebut, akhirnya saya kasih saja uang seribu rupiah daripada saya kenapa-napa, begitu pikir saya," imbuh Vita.

Modus meminta-minta uang dengan memaksa juga dialami Vita kala naik Kopaja 66. Seorang ABG memakai seragam SMA memalak para penumpang dengan membawa amplop. Dia berharap, aksi pemalakan di angkutan umum bisa segera dilawan pihak kepolisian.

"Kehadiran mereka begitu membuat penumpang wanita seperti saya merasa was was. Bagaimana solusinya Pak Jokowi supaya preman preman tidak beraksi di angkutan umum Jakarta? Saya ingin sekali naik angkutan umum Jakarta yang aman walaupun belum nyaman," tutup Vita.


KISAH 7

Cerita Rustyanto Melawan Komplotan Pencopet di Kopaja
Rustyanto (37) hampir saja menjadi korban komplotan pencopet saat menumpang Kopaja jurusan Blok M-Manggarai, Senin (8/4) lalu. Namun dengan kesigapannya, Rustyanto berhasil lepas dari aksi para pencopet itu.

Rustyanto yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta ini bertutur, saat itu Kopaja dalam keadaan penuh. Tiba-tiba ada sesuatu yang aneh dirasakannya. Ada salah seorang penumpang yang menarik-narik celananya di bagian kiri.

"Saya pikir orang tersebut meminta saya untuk bergeser karena dia mau turun, tetapi setelah saya bergeser orang tersebut masih saja menarik-narik celana sebelah kiri," kata Rustyanto, saat dihubungi detikcom, Jumat (12/4/2013).

Kemudian Rustyanto pun menyadari bahwa orang yang menarik celananya itu hanya sebagai pengalih perhatian. Karena tiba-tiba saja ada orang yang berbeda yang memasukan tangannya ke kantong kanan celananya.

"Saya sadar ini modus copet untuk mengalihkan perhatian, dan ternyata benar bapak-bapak dengan menggendong tas ransel di depan, komplotan copet yang lain, yang berdiri di sebelah kanan saya memasukkan tangannya ke kantong celana saya sebelah kanan," ujar Rustyanto.

Tak menunggu aba-aba, Rustyanto pun langsung menyikut dada bapak yang mengenakan tas ransel tadi. Diperlakukan seperti itu, bapak yang mengenakan ransel hanya diam dan bertanya kepada Rustyanto apakah ada barangnya yang hilang.

Tak berapa lama, di daerah Patra Kuningan, komplotan yang diduga pencuri itu pun turun dari atas Kopaja. Sang Kenek Kopaja sempat bercerita ke Rustyanto bahwa mereka memang tak pernah melakukan aksinya sendirian.

"Setelah penumpang sepi, kernet Kopaja menghampiri saya dan memberi tahu bahwa mereka terdiri dari beberapa orang," jelasnya.

Berkaca dari kejadian yang menimpanya tersebut, Rustyanto mengimbau kepada penumpang lainnya agar lebih waspada dan berhati-hati saat menggunakan angkutan umum.


Sumber: detik [dot] com


Categories:

Komentar akan OTOMATIS DIHAPUS jika memberikan komentar mengandung iklan, link aktif, dan perkataan yang tidak sopan. Terima Kasih ^_^